Jumat, 20 Mei 2011

Buat Diri Bermurah Hati

Suatu kebanggaan manakala seseorang itu memiliki perhiasan yang sangat cantik, yaitu perhiasan akhlak karimah. Kepada Allah ia jalankan semua perintah-Nya tanpa di pilih-pilih dengan penuh ketundukan dan ketawadu’an dan semua larangan Allah ia jauhi dengan sekuat tenaga karena mengharap keridhaan Allah semata. Kepada para malaikat ia meyakini bahwa malaikat selalu menjalankan perintah Allah tanpa sedikit pun mereka mendurhakai-Nya. Di antara mereka ada yang bertugas selalu membagikan riski, menurunkan bencana, mencabut nyawa, menanyai kubur, menulis amal manusia, menyiksa manusia, dan memasukan ke dalam surga, dan lain sebaginya. Kepada flora fauna, ia kagum di sertai syukur yang mendalam, karena semua jenis tumbuhan dan hewan di muka bumi ini adalah untuk menyertai perjalanan hidup manusia
dalam menjalankan dua tugas manusia, yaitu sebagai hamba dan khalifatullah. Kepada makhluk yang mati, ia selalu memberdayakan dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan hingga tidak berlebih-lebihan dalam penggunaanya, karena semua benda mati dengan ijin Allah akan menjadi saksi bagi amal manusia. Seperti halnya bumi yang bercacing akan menghimpit orang-orang yang
durhaka kepada Allah semasa hidupnya.
 Ia memandang bahwa apa pun yang terlihat, apa pun yang dekat, apa pun yang melekat semuanya adalah ciptaan Allah. Karena itu, saat ia melihat, merasakan, menikmati dan mempergunakan ciptaan Allah, ia selalu teringat terhadap Sang Penciptanya. Hingga ia pergunakan secukupnya tanpa berlebih-lebihan. Ia malu menjadi makhluk serakah di hadapan Allah. Ia pergunakan semua yang ada dengan penuh pngagungan, sebab ia saat ia mempergunakan karunia itu Allah senantiasa mengawasi prilakunya. Pengagungan terhadap makhluk disebabkan karena tampak olehnya keagungan Penciptanya. Demikian pula, ketika ia hidup di tengah-tengah masyarakat, ia melihat beraneka macam rupa manusia. Ada yang sehat ada pula yang cacat, ada yang kaya ada pula yang miskin, ada yang mulia ada pula yang hina, ada yang taat ada pula yang durhaka, ada yang baik ada pula yang buruk, dan ada yang beriman dan ada pula yang kafir; semuanya adalah makhluk Allah. Enggan baginya menghina orang yang buruk rupa sekali pun, sebab ia teringat bahwa yang menciptakan ia buruk rupa Adalah Allah. Ia tak mau meremehkan orang yang bodoh atau berprilaku rendahan, karena ia tahu itu karena Allah yang merendahkannya. Begitu santun dan lemah lembut ia bergaul dengan sesama, karena ia tahu bahwa Allah suka orang yang menghargai sesama. Ia santuni orang-orang fakir miskin dengan penuh kasih sayang, karena ia menyadari bahwa Allah menyediakan ridha dan rahmat-Nya di balik kemiskinan dan kekurangan mereka. Terhadap orang alim ia begitu hormat, karena ia mengetahui bahwa orang alim itu menyandang kemulyaan ilmunya Allah. Terhadap orang yang durjana ia selalu menyeru pada jalan Allah, karena ia tahu bahwa saudaranya melakukan perbuatan yang membuat Allah murka kepadanya. Dan juga, tak selamanya ia berada dalam kesesatan jika Allah menurunkan hidayah buatnya. Ia cintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Ia hormati orang lain seperti ia menghormati dirinya sendiri. Ia mulyakan orang lain seperti ia memulyakan dirinya sendiri. Tanpa pamrih dan maksud apa-apa di balik amalnya, hanya pertemuan ia dengan Allah semata, sedang Allah dalam keadaan meridhai dirinya.
Ia senang ketika melihat orang lain di kasihi Allah. Ia bangga jika melihat ada orang mendapatkan rahmat Allah. Ia senang saat menyaksikan orang mencari ilmu dan merealisasikan ilmunya. Bahagia hatinya, saat dekat dengan orang yang dekat dengan Allah. Tentram batinnya saat melihat banyak orang berduyun-duyun menuanaikan perintah Allah. Sebaliknya, bersedih saat ia melihat orang masih mendurhakai Allah seraya mendoakan mereka ke jalan yang lurus. Bersedih hatinya, saat melihat orang berbuat congkak dan angkuh di hadapan Allah, karena ia tahu bahwa Allah tidak menyukai perbuatan sombong. Begitu ringan tangannya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Ia berusaha membuat tersenyum orang yang sedang berderai air mata. Ia berusah sekuat tenaga memberi pakaian orang-orang yang telanjang. Ia berusaha keras mengenyangkan fakir miskin dan anak-anak yatim yang sedang kelaparan baik dalam keadaan lapang atau sempit. Allah berfirman dalam al-qur’an:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَ الضَّرَّآءِ وَالْكٰذِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ،
وَ اللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ.
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupunsempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran: 134)
Ia berusaha keras memberikan petunjuk terhadap orang-orang yang salah jalan menuju surga Allah. Ia ingin semua saudaranya sama-sama menuju surga Allah. Ia tak ridha ada saudaranya yang berjalan menuju jurang neraka. Semua ia lakukan bukan karena apa-apa, tetapi karena Allah semata. Ia cegah dirinya dari berbuat dholim dan aniaya. Ia mudah memberi maaf kepada orang yang mendholimi dirinya dan segera melupakan kesalahannya. Ia berusaha lapang dada terhadap sikap orang yang tidak menyukai dirinya. Karena maaf dan berlapang dada dapat menghantarnya pada ketaqwaan. Ia ikuti petunjuk Allah dalam al-qur’an:
…….. وَ أَنْ تَعْفُوْآ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“…. Pemaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa…” (QS. Al-baqarah:137)

Dalam ayat lain Allah berfirman:
………وَلْيَعْفُوْا وَ لْيَصْفَحُوْآ …….
” …… hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada…..” ( QS. An-Nur: 22)
Memberi maaf dan berlapang dada dapat mengundang pahala Allah SWT kelak di akhirat.
فَمَنْ عَفَا وَ أًَصْلَحَ فَأَجْرُه‘ عَلَى اللهِ ….
“…. Barang sipa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanyaatas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40).
Ia tampakkan keceriaan wajah dengan saapan yang lembut saat bertemu. Kasih sayang muncul dari lisannya dengan penuh ketulusan. Menampakkan wajah ceria akan memasukan rasa senang ke dalam hati orang lain. Dengan senyem dan wajah ceria akan melahirkan rasa cinta dan kasih sayang, serta menyebabkan dada menjadi lapang. Ia jauhi wajah cemberut bermuka masam, karena orang lain akan lari darinya. Jika wajah cemberut orang tidak nyaman duduk maupun bercakap-cakap dengannya. Bisa jadi, ini akan menimbulkan tekanan batin dan suudzan yang tidak beralasan. Sedang buruk sangkan itu termasuk perbuatan dosa. Karena itu, Rasulullah saw memerintahkan kepada kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekecil apa pun meskipun dengan bermuka manis. Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.
“Janganlah engkau meremehkan pekara makruf sekecil apa pun, sekalipun (dalam bentuk) engkau menatap saudaramu dengan wajah manis.”
(HR. Muslim)
Sikap murah hati mengundang rahmat dan ridha Allah. Tidak dapat bersikap murah hati manakala hati tidak terpaut dengan Allah. Orang yang dapat menangkap kebesaran Allah di balik semua ciptaan-Nya, insyaallah ia akan dihiasi dengan sikap murah hati. Sungguh berbahagia andaikata hidup ini berhias dengan murah hati yang bersumber hari ketulusan hati karena Allah semata. Ingatlah, bahwa Allah akan selalu bersama orang yang selalu menjaga hati agar terus bermurah hati. 24 jam kita dapat bermurah hati, 24 jam pula rahmat Allah akan dicurahkan kepada kita. Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat dan mendahulukan kebaikan. Semoga Allah berkenan menitipkan kemurahan hati dan kelapangan dada pada kita, hingga kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh kebahagiaan dan kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaan Allah.  aamiin...

0 komentar:

Posting Komentar